ciamis ngeblog

tips kesehatan | kumpulan doa I puisi | download mp3 | blog berbagi

free download mp3

MENGENAL RUH SEBAGAI TAHAP AWAL PENGENALAN DIRI

Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian),dan mencakup secara esensial tentang jalan

sufi dalam melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya,

kemudian melangkah kepada aktivitas aktivitas,

yang meliputi :

Pertama
tazkiyah an nafs atau pensucian

jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan hewani

serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.

Kedua
tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini

berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya kecintaan

kepada Allah semata.

Ketiga
takhalliyah as Sirr atau pengosongan

jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari dzikir atau ingat kepada Allah.

Keempat
tajalliyah ar Ruh atau pencerahan

ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cintanya.

Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh manusia.
Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa
Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur rohaniah
Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah
Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah
Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah
Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah



Hal ini relevan dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi:



"Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam dada itu ada qalbu (tempat bolak

balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu'ad (jujur

ingatannya), di dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), di dalamnya lagi ada lubbun

(merasa terialu rindu), dan di dalam lubbun ada sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun ada "Aku".

Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai

hadist qudsi di atas melalui sistem interiorisasi dalam diri manusia yang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambaran di atas.

Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alam amri (perintah) Allah : "Kun

fayakun", yang artinya, "jadi maka jadilah" (QS : 36: 82)
merupakan al-ruh yang

bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan) bersifat material.
Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah

telah menjadikan badan jasmaniah manusia,selanjutnya Allah menitipkan kelima lathifah tersebut ke

dalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang sangat kuat.

Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis

yang berkonotasi tempat.

Umpamanya :

Lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah.
Lathifah al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-

lawamah.


Dengan kata lain bertempatnya lathifah yang

bersifat immaterial ke dalam badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah.Lathifah sebagai kendaraan media bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat

barzakhiyah (keadaan antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah).

Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui sistem evolusi. Ruh

ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s

telah tercipta dengan sempurna, maka Allah

memerintahkan ruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s.

Maka dengan enggan ia menerima perintah

tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang

gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah :

"Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar

dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar dengan terpaksa".

Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata, selanjutnya

sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki. Setiap anggota

tubuh Adam yang dilalui ruh menjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah.
Dari proses inilah muncul sejarah mistis tentang karakter manusia,sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).

Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika

ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri. Sebagaimana firman Allah : "Manusia tercipta dalam ketergesa-

gesaan" (Q.S.21:37).



Pada proses penciptaan anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui tahapan. Ketika sperma berhasil

bersatu dengan ovum dalam rahim seorang ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ). Ketika itulah Allah meniupkan

sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah

menambahkan ruhnya, yaitu ruh al-hayawan,maka jadilah ia potensi untuk bergerak dan

berkembang, serta tumbuh yang memang sudah ada bersama dengan masuknya ruh al-hayat.

Sedangkan tahapan selanjutnya adalah

peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telah

sempurna.

Maka dengan ini, manusia dapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima taklif

syari' (kewajiban syari'at) dari Allah dan menjadi khalifah Nya.

Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada dalam diri manusia, sebagai potensi yang menjadi

sudut pandang dari fokus pembahasan lathifah

(kesadaran).

Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan kesadaran manusia.



Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya,karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi aktivitas dan karakteristiknya.

Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan),

atau kesadaran yang bersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah.

Walaupun demikian, ia berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai media bereksistensi.

Menurut Al Ghazall, di dalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah

hakikatnya manusia. Ialah yang mengetahui,dia yang bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala. Lathifah ini pula yang dimaksudkan sabda Nabi
"Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang hatimu".

Lathifah al-qalb bereksistensi di dalam jantung

jasmani manusia, maka jantung fisik manusia

ibaratnya sebagai pusat gelombang, sedangkan

letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat "channelnya". Jika seseorang

ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah ini memiliki nur berwarna kuning yang tak

terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik).

Demikian juga dengan Lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu ;sendiri. Tetapi lathifah al-ruh adalah suatu identitas yang lebih

dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi dapat dirasakan adanya, dan diketahui gejala dan

karakteristiknya. Lathifah ini terletak di bawah susu kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan. Warna cahayanya merah yang

tak terhinggakan. Selain tempatnya sifat-sifat

yang baik, dalam lathifah

ini bersemayam sifat bahimiyah atau sifat

binatang jinak. Dengan lathifah ini pula seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah saja yang kekal), dan tampak pada

pandangan batiniah.

Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar terdahulu

yang kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang pertama kali mengungkap

sistem interiorisasi lathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al Makki (w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan

kesadaran, yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr.



Dalm temuan Imam al Robbani al Mujaddid,lathifah ini belum merupakan latifiah yang terdalam. Ia masih berada di tengah tengah

lathifah al ruhaniyat manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat

merasakan pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti Abu Yazid al Bustami, al-Hallaj (309 H), dan Ibnu Arabi (637 H). Setelah ia

mengalami "ittihad" dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman ruhaniah,sehingga pada tataran tertinggi manusia ia

merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan ma'bud adalah berbeda, manusia adalah hamba, sedangkan Allah adalah Tuhan.

Hal yang diketahui dari lathifah ini adalah, ia

memiliki nur yang berwarna putih berkilauan.Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar). Selain lathifah ini merupakan

manifestasi sifat-sifat yang baik, ia juga merupakan

sarangnya sifat sabbu'iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan fana' fi al-dzat, dzat Allah

saja yang tampak dalam pandangan batinnya.

Lathifah al-khafi adalah lathifah al-robbaniah al-

ruhaniah yg terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaan istilah ini mengacu kepada

hadis Nabi : "Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik baik rizki adalah yang mencukupi".

Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah. Tetapi

bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.

Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari

condong ke kanan,berhubungan dengan limpa jasmani.Selain sbagai realitas dari nafsu yg baik,

dlm lathifah ini brsemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad, kibir (takabbur,sombong), khianat dan serakah.

Lathifah yang paling lembut dan paling dalam

adlh Lathifah al-akhfa. Tempatnya brada di

tengah-tengah dada dan berhubungan dengan

empedu jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak terhinggakan. Dalam lathifah ini seseorang

salik akan dapat merasakan'isyq (kerinduan)

yg mendalam kepada Nabi Muhammad s.a.w. sehingga sering sering ruhaniah Nabi

datang mengunjungi.



Relevan dengan pendapat al-Qusyairi yg menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh

manusia dalam upaya kontemplasi, yaitu:


1.qalb yang brfungsi untuk

mengetahui sifat-sifat Allah.
2.ruh brfungsi untuk mencintai Allah, dan
3.sirr brfungsi untk mlihat allah.tuk melihat Allah.

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori tauhid dengan judul MENGENAL RUH SEBAGAI TAHAP AWAL PENGENALAN DIRI. Jika kamu suka, jangan lupa like dan bagikan keteman-temanmu ya... By : ciamis ngeblog
Share on :
by: Unknown

Belum ada komentar untuk "MENGENAL RUH SEBAGAI TAHAP AWAL PENGENALAN DIRI"